Rabu, 07 April 2010

Pohon Beringin

Suasana sangat gelap malam itu. Aku dan teman – temanku yang lain bergegas untuk berangkat ngaji.
“Eh, tahu nggak. Disini katanya angker, banyak hantunya.” Kata Lusi, temanku saat melewati sebuah pohon besar, tepatnya pohon beringin.
“Ih, takut...” yuk kita cepetan pergi dari sini.” Ajak Yesi.
“Emang beneran ada hantunya ?” tanyaku tak percaya.
“Beneran, aku pernah melihatnya.” Kata Lusi meyakinkan.
“Alah, hantu itu tidak ada.” Kataku tak percaya.
“Nanti kalu pulang, hati – hati pada pohon itu.”
“Eh. . .”

Di sepanjang perjalanan, yang kami ceritakan hanya hantu, hantu dan hantu. Aku sampai bosan mendengarnya. Tak terasa sampailah kami di tempat ngaji. Banyak teman – teman yang telah berada di sana. Kami membaca Al Qur’an kami masing – masing.

Tak berapa lama, ngaji telah usai, semua murid telah mendapatkan giliran untuk di simak. Hari ini, aku pulang ke rumah sendiri. Karena semua teman – temanku telah pulang terlebih dulu. Setapak demi setapak ku lalui. Sampailah aku dimana pohon angker itu berada. Aku agak merinding melihat pohon beringin yang tua itu, apalagi saat ku ingat ucapan temanku tadi. Saat telah lewat dari pohon itu, aku merasa lega.

* * *

Pagi harinya saat berangkat sekolah, aku di introgasi oleh Lusi dan Yesi.
“Hai, Desi. Sorry ya, kita tinggal kemarin.” Kata Lusi.
“Nggak pa pa kok, kawan.”
“Kemarin, kamu di apain sama Hantu Pohon Beringin ?” tanya usil Yesi padaku.
“Nggak, nggak ada apa – apa kok” kataku santai.
“Kamu nggak takut sama Hantu Pohon Beringin ?”
“Nggak, aku nggak takut !” kataku tegas.
“Awas lo, nanti malam kalau ada apa – apa. . .” ucap Lusi menakuti.
“Hih, apaan sih. . .” kataku kesal.

Gurupun datang, semua murid kembali ke tempat duduk masing – masing. Kali ini pelajaran Bahasa Inggris. Kembali, yang di ceritakan adalah hantu.
“Bahasa inggrisnya hantu apa anak – anak ?” tanya bu guru.
“Ghost. . . .” teriak murid – murid semangat.
“ Kali ini ibu akan memberikan sebuah tulisan kepada kalian, tepatnya adalah narrative text yaitu tentang Ghost. . .”
“Ya, bu. . .” kataku bosan.

* * *

Akhirnya, Ghostpun usai. Pelajaran hari ini di tutup oleh Ghost. Aku pulang sekolah bersama Lusi, Yesi dan teman – teman yang lain. Saat sampai di rumah, segera ku ganti baju lalu makan siang bersama Ayah, Ibu dan adikku. Setelah itu ku rebahkan tubuhku ke ranjang yang nyaman nan empuk milikku.

“Nak, bangun. Sudah sore.” Ucap ibuku tercinta secantik bidadari itu.
“Ya, bu.” Kataku yang masih sedikit mengantuk.
Ternyata tiga jam sudah aku tidur siang. Lalu aku bangun dai tempat tidurku lalu pergi mandi untuk siap berangkat ngaji. Ku tunggu adzan maghrib sembari menonton TV. Tak berapa lama, maghribpun tiba. Segera ku ambil air wudlu yang segar nan suci. Aku bersama keluargaku shalat bersama – sama, yang di sebut dengan shalat berjamaah. Setelah shalat aku siap – siap untuk berangkat ngaji.
“Bu, aku berangkat ngaji dulu, ya.” Kataku sembari mencium tangan ibuku saat berpamitan. Itu ku lakukan pula kepada ayahku.
“Assalamu’alaikum......”
“waalaikum salam.....” ucap orang tuaku serempak.

Di tengah jalan, aku bertemu dengan Lusi dan Yesi yang juga akan berangkat mengaji.
“Hai, Desi. . . “sapa Lusi dan Yesi padaku.
“Hai juga. . .”
“Eh, nanti kamu pulang duluan aja ya. Aku sama Yesi nanti mau main dulu ke rumah teman “ pinta Lusi padaku.
“Oh, iya deh....”

Akhirnya aku menuruti permintaan Lusi. Saat pulang mengaji, aku sendirian. Saat melewati pohon beringin itu aku merasa merinding. Ada suara tapi tak ada rupa.
“Srrrk. . . .srrrk. . .srrrk...”
Sebuah suara mengagetkanku. Aku berlari, tetapi suara itu terus mengikutiku.
“Hi... hi.... hi...”
Suara tertawa seorang wanita, dan saat aku lihat ke belakang, aku melihat wanita memakai baju putih dan tampak seram sekali.
“Ha..............” aku berteriak kencang dan aku lari secepat mungkin.

Aku berlari hingga sampai ke rumah. Ibu dan ayahku heran melihat aku berlari – lari.
“Desi, kamu kenapa lari – lari ?” tanya ibuku heran.
“Desi lihat.... lihat..... hantu, bu.” Jawabku takut.
“Hantu ?, mana ada hantu ?” tanya ayahku tak percaya.
“Beneran, yah. Aku tadi lihat hantu.” Usahaku meyakinkan.
“Sudah, sana belajar !” suruh ayahku.
“Ya, yah....”

* * *

Keesokan harinya, ku ceritakan semua apa yang ku alami tadi malam kepada Lusi dan Yesi.
“Tadi malam, aku melihat hantu. Serem... banget !” kataku.
“Ha...... ha.... ha.....” Lusi dan Yesi tertawa.
“Kok, kalian malah ketawa, sih. Temen lagi susah malah di ketawaain.” Aku kesal.
“Sebenarnya, yang tadi malam itu, aku.” Kata Lusi dengan santainya.
“Maksud kamu ?” tanyaku heran.
“Yang nakutin kamu itu Lusi.” Jelas Yesi.
“Kalian tu, jahat banget sih !” kataku kesal.
“Salah sendiri kamu nggak percaya !” kata Lusi merasa tak bersalah.
“Ih, awas ya kalian....” ancamku padanya.
“Silahkan aja.....”

* * *

Malam harinya, kami ngaji bersama, tetapi aku minta ijin untuk pulang terlebih dulu. Aku merasa santai berjalan hingga tak terasa aku telah sampai di rumah.
“Assalamu’alaikum…!” salamku pada ibu, ayah dan adikku.
“Wa’alaikum salam “ jawab mereka serempak.
“Eh… kakak sudah pulang ?” Tanya ibuku.
“Eh, iya ni, bu.”
“Ya sudah. Sana belajar !” perintah ayahku.
“Ya, yah.”
Aku lalu belajar bersama dengan adikku yang baru menginjak materi perkalian. Kemudian aku tidur terlelap di ranjang empukku.

* * *

Paginya aku berangkat ke sekolah. Tapi aku berangkat sendiri tanpa Lusi dan Yesi. Sesampainya di sekolah, ternyata mereka telah berada di sana.
“Hai, semua....” kataku mencoba memberi salam.
“Jangan ngerasa nggak bersalah deh...” kata Lusi sedikit kesal.
“Maksud kamu ?” kataku linglung.
“Kamu yang nakutin kita, kan. Pamit pulang duluan terus ganti baju pakai pakaian putih , nyiapin perangkap lalu ngiket kaki kita.” Kata Yesi panjang lebar.
“Nggak, aku langsung pulang. Kalau nggak percaya tanya ibu aku deh.” Kataku meyakinkan.
“Berarti.....” ucap Lusi terhenti.
“Pohon itu beneran ada hantunya......” lanjut Yesi sambil berteriak dan memeluk aku.
“Ih... hantu itu nggak ada lagi.” Kataku meyakinkan.
“Nggak, pasti disini ada hantu, ada hantu.”Kata Lusi ketakutan.
“Tenang, tenang ada Desi disini....” Kataku sok berani.

* * *

Sejak saat itu Yesi dan Lusi tidak pernah menjahiliku lagi. Karena aku bilang kalau hantu itu melindungi aku. Dan mereka selalu lari apabila melewati pohon itu. Dan mereka tidak pernah berani bercanda soal hantu.

12 komentar:

  1. Cerpennya sudah bagus.Judulnya menarik,tapi dalam menulis harus diperhatikan lagi.
    Maaf ya aku hanya bisa ngasih nilai 80

    BalasHapus
  2. this sort story is so good, but, konflik yang terjadi ktk melht hantu krg deg2....Saat melewati pohon beringin itu aku merasa merinding. Ada suara tapi tak ada rupa.
    “Srrrk. . . .srrrk. . .srrrk...”
    Sebuah suara mengagetkanku. Aku berlari, tetapi suara itu terus mengikutiku.
    “Hi... hi.... hi...”
    Suara tertawa seorang wanita, dan saat aku lihat ke belakang, aku melihat wanita memakai baju putih dan tampak seram sekali.
    “Ha..............” aku berteriak kencang dan aku lari secepat mungkin.

    Aku berlari hingga sampai ke rumah. Ibu dan ayahku heran melihat aku berlari – lari.
    “Desi, kamu kenapa lari – lari ?” tanya ibuku heran.
    “Desi lihat.... lihat..... hantu, bu.” Jawabku takut." kn klo gini:
    msalnya kamu tercebur sumur.... kn lbh seruuuuu......

    Q beri nilai 85.

    cuxcez claloE...

    BalasHapus
  3. cerpennya bagus. Tapi konfliknya kurang menegangkan. Waktu tokoh aku dan teman2nya berangkat mengaji dan melihat hantu si tokoh aku lari terbirit birit beserta tmn2nya,dalam perlareian itu dia terpisah dengan tmnnya, atau apalah supaya konfliknya menengangkan. So... konfliknya lebih baik di buat agak kasar.
    Akyu hy bz bri nilai 80.
    smg cuxzez slalu!

    BalasHapus
  4. sudah bagus tapi kurang mnegangkan wktu aku dan teman2ku lwat waktu seharusnya hntu nya langsung mncul pasti sip
    saya kasih nilai 78

    BalasHapus
  5. Kutipan cerpen di bawah ini...
    Suasana sangat gelap malam itu. Aku dan teman – temanku yang lain bergegas untuk berangkat ngaji.
    Seharusnya Aku dan teman-teman, tdk usah pake ku, dan ngaji seharusnya mengaji.
    Dan selebihnya sudah bagus..
    aku beri nilai 75.
    makacih..

    BalasHapus
  6. hi sof.....!cerpen kamu sudah bagus,konfliknya juga sudah lumayan tapi mungkin bisa diperbaiki lagi,dan puncak ketegangannya kurang menegangkan sof........,coba kalau kamu buat sendalmu sampai putus karena lari ketakutan,atau kamu terjatuh,atau menginjak kotoran kebo,atau pingsan,atau apalah kan lebih seru,jadi pembaca bisa merasa ada di dalam cerpen.
    tapi sudah bagus kok,semoga revisinya nanti bisa lebih baguis ya.....
    sorry aku cuma bisa kasih nilai 76

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. cerpennya sudah bagus, temanya juga menarik. Tapi konfliknya kurang menegangkan dan penulisan ejaan kurang tepat. Aku kasih nilai 78

    BalasHapus
  10. cerpennya bagus, tapi ketegangannya kurang.
    Misalnya saat Desi lari terbirit-birit tiba-tiba Desi tersandung dan jatuh sehingga Desi sangat takut kalau hantu itu memakannya.

    Thx(77)

    BalasHapus
  11. cerpennya bagus,
    tapi konfliknya kurang menegangkan,kurang deg2an....
    teliti lagi ea dalam penulisan...
    (79)

    BalasHapus
  12. Cerpen anda bagus,

    tapi perlu diperhatikan penulisan dan tanda baca.

    Akhirnya aku menuruti permintaan Lusi. Saat pulang mengaji, aku sendirian. Saat melewati pohon beringin itu aku merasa merinding. Ada suara tapi tak ada rupa.
    “Srrrk. . . .srrrk. . .srrrk...”
    Sebuah suara mengagetkanku. Aku berlari, tetapi suara itu terus mengikutiku.
    “Hi... hi.... hi...”
    Suara tertawa seorang wanita, dan saat aku lihat ke belakang, aku melihat wanita memakai baju putih dan tampak seram sekali.
    “Ha..............” aku berteriak kencang dan aku lari secepat mungkin.

    mungkin lebih baik jika di tambahi si tokah jatuh terpeleset, bajunya robek, dan sandalnya putus.

    terima kasih
    saya beri nilai 74

    BalasHapus