Jumat, 26 Februari 2010

SAJADAH MERAH ( REVISI )

Ya Allah… mengapa aku seperti ini, orang yang aku kasihi menikah dengan orang lain.

Pagi yang cerah, aku siap untuk menuju ke kampus, aku pergi ke kampus dengan bus. Saat aku sampai di kampus, aku bertemu dengan laki – laki, dia menabrakku…
“Brrrukkkk“ bukuku jatuh berserakan.
“Maaf, aku tidak sengaja“ katanya sambil membantu mengambilkan buku – bukuku.
“Nggak, nggak papa koq, ini juga salah saya. Maaf, saya buru – buru…“ Akupun meninggalkannya seorang diri di halaman kampus.

Hari ini jam bergerak lambat, karena rasanya aku ingin sekali bertemu lagi dengan lelaki itu. detik demi detik, menit demi menit, jam demi jampun kulalui, akhirnya… kelasku selesai juga. Seuruh siswa berhamburan keluar ruangan, tak terkecuali aku. Saat di jalan, suara mengagetkanku
“Tunggu… tunggu…“ seperti suara yang pernah aku dengar. Ya, benar, tidak lain tidak benar adalah suara lelaki tadi pagi.
“Ya… maaf, ada apa ya… ? “ tanyaku lembut. “ nggak, nggak papa, eh… tadi koq buru – buru pergi sih ?”
“Maaf, sekarang saya sedang banyak urusan, jadi saya harus pergi sekarang…“ akupun meninggalkannya.
“Eh… tunggu… aku belum tahu namamu ?“
“Aku Aisyah… !“

Entah mengapa, malam ini aku sulit sekali tidur, aku malah memikirkan lelaki itu. karena terlalu terbayang – bayang, diapun hanyut dalam mimpiku.
“Aisyah… Aisyah…“
“Ya, sepertinya kita sudah bertemu sebelumnya ? “ tanyaku
“iya… aku kenal denganmu tadi pagi…“
“ Kau sudah tahu namaku, lalu siapa namamu?“
“Aku Hasan, Aisyah sejak pertama mengenalmu, aku tahu kamu ini perempuan yang shalihah …“
“Lalu…“ aku memutus pembicaraannya.
“Aku ingn kau menjadi pendamping hidupku dan…“
“Aisyah… Aisyah…!!!“ umi membangunkanku.
“Ya Umi… Aisyah akan bangun“ kataku dengan penuh kesal.
Akupun segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu, lalu akupun melaksanakan kewajiban umat muslim, yaitu shalat.

Karena hari ini masuk pagi, jadi aku terus mandi dan siap untuk go to campus. Aku terbiasa naik bus untuk ke kempus. Saat di halte, aku merenungi mimpiku tadi malam. Apa maksudnya, bahkan aku kenal dengannya kemarin.

Biskupun datang. Di sepanjang perjalanan, aku melamun memikirkan makhluk Allah yang bernama Hasan. Tidak terasa, akupun telah sampai di depan kampus, karena saking asyiknya ngelamun. Saat itu, ternyata Hasan juga baru berangkat,
“Pagi Aisyah …“ sapanya.
“Pagi juga, Hasan… “
“Aisyah, kamu tahu namaku dari mana ? “
“Ada ajah…. “

Hingga beberapa tahun, hubunganku dengan Hasan semakin erat, sampai aku lulus kuliah.
“Aisyah, selamat ya…”
“Terima kasih ya bang…” kataku lembut.
“Oh,ya Aisyah. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”
“Apa itu bang?”
“ Aisyah, kita berteman sudah cukup lama, dan kamu tahu semua sifat – sifatku kan ? salah satunya tidak bisa memendam perasaan terlalu lama… “ “Ya… aku tahu itu, lalu…?“
“Aisyah, maukah kau menjadi pendamping hidupku, menjadi makmumku kelak?“ katanya
“Aku mau menjadi makmummu Hasan, dan aku mau kau yang menjadi imamku kelak.“
“ Alhamdulillah… semoga Allah meridhai.“

Aku tak percaya Hasan mengucapkan itu padaku sama seperti di dalam mimpiku. Sejak saat itu, aku dengan Hasan resmi ta’arufan, hingga satu bulan, hubunganku dengan Hasan baik – baik saja.

Pada saat hari minggu, aku diajak jalan – jalan oleh Hasan, dan dia memberiku suatu hadiah yang sangat berharga untukku.
“ Aisyah… ini untukmu. Semoga dengan ini, ibadahmu makin rajin.“ kata Hasan sembari memberikan sebuah bingkisan.
“ InsyaAllah, dengan ini, akan aku tingkatkan semangat beribadahku… “kataku malu- malu.
“ InsyaAllah… “ katanya.
Dia memberiku sebuah sajadah berwarna merah.

Malam ini Hasan menelphonku.
“Assalamu’alaikum, Aisyah…”
“Wa’alaikum salam, ada apa bang…?” tanyaku.
“Nggak, aku cuma mau ngajak kamu pergi. Satu minggu lagi, di tempat biasa, OK !!”
“Satu minggu lagi, tapi koq sekarang sih beri tahunya. Kan masih lama?” ucapku padanya.
“Aku lagi sibuk.Jadi nggak ada waktu buat nelphon kamu lain waktu. Oh ya… jangan hubungi aku dulu ya… nggak papa kan ?” tanyanya.
“Nggak papa koq”aku coba pahami.
“Sudah ya Aisyah…Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam…”

Satu minggu kemudian, dimana hari ini adalah hari dimana hasan mengajakku. Tetapi, saat aku sampai di tempat itu, Hasan tidak berada disana, aku tunggu berjam – jam tak ada tanda – tanda dari Hasan. Akupun mencoba menelphon tetapi tak diangkat, di SMS nggak di bales. Akhirnya aku pulang dengan perasaan kecewa.

Pagi harinya, pukul 08:30, aku mencoba mencari informasi tentang Hasan.
“Pagi, Joe…”
“Pagi, tumben Syah… kamu kesini” tanyanya heran.
“Gini, aku mau Tanya sama kamu. Kamu tahu dimana Hasan?. Kemarin dia janjian denganku untuk bertemu. Tapi, dia nggak datang.”kataku.
“Emangnya kamu nggak di beri tahu ma Hasan?”
“Di beri tahu apa?” heranku.
“Dia itu kan sudah menikah, dia di jodohin sama bokapnya…!!!”
“jadi, Hasan sudah menikah…?” aku kaget.
Aku tak kuat membendung air mataku. Seketika pipiku di banjiri oleh air mata.
Hasan, aku akan slalu mendo'akanmu agar kau slalu bahagia.

Kini hanya ada SAJADAH MERAH, kawan setia dalam ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar